Pekanbaru, Di duga terlapor “SKI” atau “SKW” (59 Tahun) Paman yang cabuli anak di bawah umur merupakan keponakanya sendiri sebut saja namanya Mawar (16 Tahun saat kejadian-red) saat di konfirmasi awak media kebenaran dugaan pencabulan yang telah di lakukanya dalam kondisi sakit.
Saat awak media menghubungi Terlapor di nomer selulernya 08xx-63xx-7070 “SKI” hanya mengirimkan sebuah gambar yang memperlihatkan seseorang berada di atas ranjang khusus pasien dengan fitur stadart rumah sakit di ruang rawat inap sebuah rumah sakit yang tidak di ketahu namanya berkemungkinan besar adalah gambaran dirinya yang dalam kondisi terbaring sakit pada awak media riaubertuah.co.id Minggu (7/12/25).
Terlihat ada 3 jenis tabung infus dan selang infus tergantung berdiri tegak di tiang infus sebelah ranjang pasien yang terhubung langsung ke pembuluh nadi tangan namun posisi wajah pasien menoleh ke arah kanan hingga tak terlihat parasnya.
“SKI” tidak memberikan jawaban pasti kepada awak media terhadap penyakit yang tengah di deritanya saat awak media mempertanyakan jenis penyakit apa yang sedang menimpa mantan pejabat pada Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, dan Pemberdayaan Masyarakat (DP3APM) Kota Pekanbaru sebagai Kepala Bidang (Kabid) Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) pada tahun 2019 silam.
“SKI” ini dalam tangkapan jejak digital di website.pekanbaru.go.id https://www.pekanbaru.go.id/p/news/sarkawi--perlindungan-terhadap-anak-adalah-tugas-kita-bersama pembahasan ini terkait Anak merupakan pribadi yang sangat rentan menjadi sasaran kekerasan.
Jiwanya yang masih polos dan belum mengerti apa-apa, terkadang dimanfaatkan orang-orang tak bertanggung jawab sebagai bentuk untuk melampiaskan emosinya, termasuk orangtuanya sendiri bahkan keluarga dekatnya.
"Orangtua harus jadi tameng pertama sebagai perlindungan dari kekerasan hingga dapat menjadi guru untuk mengedukasinya. Yang kedua, lingkungan atau masyarakatnya yang harus wajib memberikan perlindungan terhadap anak," ujar Kepala Bidang Perlindungan Perempuan dan Anak DPPPA Kota Pekanbaru, SKI, Rabu (19/6/19).
"Sebagai guru pertama bagi sang anak, orangtua harus mengajarkan berbagai pengetahuan-pengetahuan dasar. Dalam prosesnya, sering kali orangtua mungkin kurang sabar, atau bahkan mendidik dengan cara yang salah yakni dengan kekerasan. Padahal, ajaran orang tua tersebut merupakan dasar bagi pembentukkan karakter si anak yang nantinya terbawa hingga ia dewasa," kata SKI.
"Maka dari itu, orang tua pun juga harus turun tangan untuk mengawasi, jangan sampai anak menjadi korban kejahatan siber yang kini sedang marak di tanah air. Ada baiknya pula orang tua pandai menjelaskan dan memberi pemahaman tentang fungsi tubuh, serta bagian tubuh mana yang tidak boleh disentuh oleh orang lain," jelasnya.
Kekerasan pada anak lanjut SKI bukanlah hanya satu atau dua kali terjadi di Indonesia. Bahkan, tak jarang pelakunya adalah orang-orang terdekat. Ironis memang, dengan kejadian yang berlaku hari ini apa yang di bicarakan oleh mantan pejabat PPA ini enam tahun lalu terasa hampa, dan kontradiktif.
Laporan : teti guci


